"Maling Kandang": Cerita Pengantar Tidur Rakyat

Judul “Maling Kandang”: Cerita Pengantar Tidur Rakyat muncul ketika melihat pemberitaan di televisi (Selasa, 13 Januari 2015) seputar penetapan calon tunggal Kapolri, Komjen Budi Gunawan, sebagai tersangka korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Cuma Catatan Harian Biasa

Tulisan ini cuma catatan harian biasa sebagaimana judul yang terpancang (terpampang, pen) nyata di atas. Sahabat-sahabat kompasianer boleh dengan leluasa memutuskan untuk mau membaca catatan ini atau langsung saja pindah ke lain hati.

Jayalah di Laut, Indonesiaku!

Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) yang memiliki perbandingan luas wilayah laut dan daratan sebesar 70% : 30%. Luas keseluruhan wilayah Indonesia didominasi oleh 2/3 wilayah laut dan hanya 1/3 wilayah daratan.

Panggung Rising Star Indonesia Gagal “Ber-endang-endut”.

Rising Star Indonesia (Only Star Will Rise!) di RCTI, Jumat 28 November 2014, memasuki babak Lucky Seven yang mengusung tema “Dangdut dan Melayu”.

Sakitnya tuh di sini…! Di gigi ini…!

Tulisan ini sengaja dibuat bertele-tele, tidak “to the open” (maksudnya: to the point). Maklum napsu curhat lagi berada di puncak tertinggi! Sebenarnya poin dari tulisan ini adalah “cara mudah dan ampuh menghilangkan rasa sakit di gigi yang sangat membandel/menyiksa.”

Selasa, 26 Januari 2016

Indahnya Kerukunan Antar Umat Beragama di Naikolan-Kupang-NTT


Penampilan Grup Qasidah Masjid Mujahidin Oepura di Gereja Gunung Sinai Naikolan

Untuk kesekian kalinya Kelurahan Naikolan melaksanakan kegiatan syukuran/perayaan lintas agama. Syukuran/perayaan ditujukan untuk seluruh umat/jemaat lintas agama yang ada di wilayah kelurahan Naikolan dan sekitarnya. Acara dimaksud adalah acara Syukur/perayaan Natal, Halal Bihalal Maulid Nabi dan Galungan. Acara yang berlangsung di Rumah Kebaktian Jemaat Gunung Sinai Naikolan ini mengambil tema yang sama dengan Tema Natal Nasional 2015: “Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah.” 

Kamis, 7 Januari 2016 menjadi hari H berlangsungnya kegiatan syukuran/perayaan yang sangat menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan toleransi antar umat beragama yang rekat dan kuat. Acara yang dikemas dalam ibadah/kebaktian bersama ini dipimpin oleh Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol. (Ketua Majelis Jemaat Gunung Sinai Naikolan) serta menghadirkan 4 pembicara/penceramah/pengkhotbah yang mewakili 4 agama yang ada di Kelurahan Naikolan dan sekitarnya: Islam, Katholik, Hindu, dan Kristen.

Paduan Suara Voice of Carmel St. Joseph Naikoten
Rasa kebersamaan dan saling menghargai ditunjukkan oleh keempat pembicara di saat memulai dan mengakhiri khotbah/refleksi mereka masing-masing dalam sebuah tata ibadah yang berlangsung hikmat dan penuh sukacita.  Begitu pula dengan partisipasi dari masing-masing umat lintas agama yang sangat berantusias dalam mengisi liturgy kebaktian dengan puji-pujian dan tarian.

Pernahkah kita membayangkan ada seorang Ustad atau Imam Masjid, Pedanda atau Pendeta Hindu yang memberikan ceramah/refleksi dan/atau berkhotbah di dalam sebuah kebaktian di Gereja? Pernahkah kita mendengarkan ucapan/perkataan/sapaan “Assalamualaikum Wr. Wb.” dan/atau “Om Santi Santi Om” kepada umat/jemaat yang hadir dalam sebuah kebaktian Gereja? Pernahkah kita melihat ada sekelompok pemuda/remaja Masjid yang membawakan/mengisi nyanyian Qasidah dalam sebuah tata ibadah di Gereja? Dan pernahkah kita menyaksikan ada sekelompok penari Bali yang mempersembahkan tarian penyembahan mereka kepada sang Pencipta di dalam sebuah prosesi ibadah di Gereja?

Itulah beberapa pertanyaan yang mustahil untuk mendapatkan jawaban “Ya, pernah!” dari sebagian kita yang masih gemar mempermasalahkan dan/atau mempertentangkan perbedaan.

Tarian Bali Sanggar Giri Agung Kertabuana
Namun, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut baru saja dan/atau sudah terjawab di Kelurahan Naikolan-Kota Kupang-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jawaban-jawabannya terlihat jelas dengan berlangsungnya kegiatan syukuran/perayaan Natal bersama lintas agama, acara Halal Bihalal Maulid Nabi Muhammad, dan peringatan hari raya Galungan. Keadaan menjadi lebih berwarna tatkala kehadiran umat/jemaat lintas agama yang lengkap dengan atribut-atribut keagamaan yang menggambarkan keindahan dalam kebersamaan dan keharmonisan. 

Dan sangat jelas terlihat bahwa gambaran kebersamaan dan keharmonisan ini menjadi angin segar yang memberi kesejukan bagi hubungan antar sesama yang sudah lama membara, dan menghadirkan kehangatan bagi kerukunan hidup yang terasa membeku. Kiranya angin segar toleransi dari Naikolan-Kupang-NTT berhembus kuat menjangkau seluruh pelosok negeri penuh warna ini.

Mewakili umat Islam, Ustad Muchsin Thalib (Imam Masjid Mujahidin Oepura), menegaskan bahwa Tuhan menciptakan kita berbeda. Berbeda adalah anugerah (sebutan untuk orang Kristen) dan hidayah (sebutan untuk orang Islam). Keberadaan kita yang berbeda adalah berkah. Dalam perbedaan itu ada keindahan. Oleh sebab itu, mari kita bangun kebersamaan karena kita semua adalah umat Tuhan dan hamba-hamba Tuhan. Damailah bumi, damailah manusia, dan damailah pribadi-pribadi kita. Kita yang berbeda adalah satu keluarga. Mari kita hidup bersaudara karena kita adalah keluarga Allah!

Vocal Group Selemia Voice JGSN
Pada kesempatan berikutnya, mewakili umat Katholik, Romo Contantinus Ntalung, SVD. mengatakan bahwa kita datang untuk berbagi kasih dan sukacita satu dengan yang lainnya. Kita semua yang hadir adalah satu keluarga umat manusia. Kiranya moment perayaan/syukuran ini menjadi tali pengikat persaudaraan dan kekeluargaan kita sebagai keluarga umat manusia yang tinggal di Kelurahan Naikolan, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kita sesungguhnya adalah keluarga umat Allah, dan keluarga umat manusia yang sedang berziarah di muka bumi. 

Pedanda Anak Agung G. S. M. Putra, mewakili umat Hindu (Parisada Hindu Dharma Indonesia) menekankan bahwa semua umat manusia adalah bersaudara, harus saling mencintai. Perbedaan agama adalah sebuah fakta. Berbeda bukan berarti bertentangan. Kita perlu mengembangkan ajaran cinta kasih yang bersumber dari agama kita masing-masing. Kita harus berdialog bukan hanya dengan diri kita sendiri tapi juga dengan sesaama kita yang berbeda. Dialog dilakukan bukan untuk mempertentangkan perbedaan sebagaimana debat yang lebih mementingkan kalah-menang, melainkan untuk memahami perbedaan yang ada. 

Pendeta Elisabeth Maramba-Kebang, S.Th. (Ketua Majelis Jemaat Bethania-Naikolan), mewakili umat Kristen menegaskan bahwa kita sebagai umat manusia, sebagai warga negara adalah satu keluarga Allah. Kita adalah kawan sewarga yang adalah anggota keluarga Allah. Tidak ada di antara kita yang ingin dicap kafir atau pun tidak kudus. Kita adalah adalah anggota keluarga Allah yang harus hidup bersama dalam satu rumah. Oleh sebab itu, yang kita perlukan adalah solidaritas kekeluargaan, toleransi, hidup saling mengasihi dalam persaudaraan. 

Pose Bersama Gubernur NTT, Walikota Kupang, Pemimpin Agama
Syukuran/perayaan yang berlangsung hikmat dalam keharmonisan ini juga dimeriahkan oleh puji-pujian dan tarian penyembahan dari Grup Qasidah Masjid Mujahidin Oepura, Paduan Suara VOICE OF CARMEL Gereja St. Joseph Naikoten, Vocal Group SELEMIA Voice Jemaat Gunung Sinai Naikolan dan tarian Bali asuhan Sanggar Giri Agung Kertabuana Kupang. Acara syukuran/perayaan yang diselenggarakan oleh panitia perayaan Kelurahan Naikolan ini juga dihadiri oleh Walikota Kupang, Jonas Salean, Gubernur Nusa Tenggara Timur, Frans Lebu Raya, dan sejumlah SKPD.