Gambar: Gamexeon |
Oleh: Pietro T. M.
Netti
Semula saya sangat kaget alias terganggu dengan beberapa gambar iklan dewasa yang muncul di
halaman Kompasiana. Saya menahan diri untuk tidak menulis (memberikan opini/komentar)
tentang gambar-gambar dewasa tersebut, sambil menunggu mungkin saja ada
komentar-komentar dari sesama kompasianer
lainnya yang mau menyoroti tayangan iklan dewasa tersebut.
Saya baru bergabung di Kompasiana pada 14 September 2014
lalu, tapi saya telah menjadi pembaca kompasiana (tidak rutin) jauh hari sebelum
memutuskan bergabung menjadi kompasianer.
Pada saat “singgah” di www.kompasiana.com
saya tidak pernah mendapati iklan-iklan tersebut. Di awal saya bergabung pun
hingga beberapa saat setelahnya, saya belum melihat tayangan-tayangan tersebut.
Pada suatu ketika masih di bulan September, saat saya log in (masuk) dan ingin mem-posting tulisan (lupa posting-an ke berapa, mungkin posting-an ke-2 atau ke-3) di Kompasiana,
saya kaget bukan kepalang melihat tayangan iklan yang tidak pernah saya
bayangkan sebelumnya dan sama sekali tidak saya harapkan muncul di halaman
Kompasiana. Ada tayangan iklan dengan tema “mempenjang alat vital pria” lengkap
dengan tampilan gambar alat vitalnya yang berukuran XL (extra long). Di bagian
lain terdapat pula tayangan iklan dengan gambar,
animasi dan bahkan cuplikan video porno yang lagi-lagi di luar
dugaan saya.
Saya bertanya-tanya, mungkinkah benar tayangan-tayangan
iklan tersebut dilakukan sendiri oleh Administrator Kompasiana? Atau mungkin saja
gambar-gambar tersebut dimunculkan oleh pihak lain yang sengaja “mengganggu”
Kompasiana? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sampai sekarang masih terus ada
dalam pikiran saya. Namun hingga saat ini saya pun belum menjumpai satu pun tulisan
dari kompasianer yang mengomentari
tentang tayangan iklan dimaksud. Atau mungkin saja sudah ada yang pernah
menulis tapi tidak sempat saya baca (?).
Sebenarnya tayangan-tayangan iklan yang seperti saya
sebutkan di atas banyak dijumpai di media-media online lain yang bertebaran di dunia maya. Ada website/situs dan
blog-blog tertentu (khusus dewasa/18+) yang berisi konten-konten pornography marak menayangkan
iklan-iklan seperti itu, dan itu menurut hemat saya wajar dan biasa saja. Karena
memang iklan-iklan tersebut sesuai dengan konten yang terdapat di dalam
situs-situs khusus tersebut. Yang
menjadi aneh jika situs-situs tersebut juga menayangkan iklan-iklan yang
bersifat agamis dan religius.
Berhadapan dengan dunia online
saat ini, kita sebagai pengguna internet (netizen) diberi kebebasan sebesar-besarnya
untuk memilih konten-konten apa saja yang diinginkan dan/atau yang dibutuhkan.
Semua hal di dunia ini dapat diakses dengan mudah oleh siapa saja, dimana saja
dan kapan saja sepanjang didukung dengan/oleh peralatan media/gadget dan
jaringan internet yang memadai. Sebagai netizen
kita juga bebas menentukan kemana arah langkah kita berselancar di dunia maya;
menuju ke konten-konten positif atau ke konten-konten negatif. Semua pilihan
terserah pada kita sendiri yang memutuskan. Dan hal lain yang sangat penting
adalah kita juga diberi kebebasan seluas-luasnya untuk mau atau tidak mau
membentengi diri sendiri dengan nilai-nilai (moral, etika, dan agama) agar bisa
terhindar dan tidak terjerumus pada pilihan-pilihan yang menyesatkan. Sekali
lagi, semua terserah kita!
“Lantas bagaimana dengan tayangan iklan-iklan dewasa (baca:
iklan pornography) di Kompasiana?
Wajarkah Kompasiana menayangkan iklan-iklan tersebut?”
Terus terang, saya bergabung di Kompasiana, karena saya
merasa mendapatkan media yang cocok dan sesuai dengan keinginan saya. Berikut
ini adalah alasan-alasan mengapa saya ingin bergabung di Kompasiana sebagai kompasianer, adalah:
PERTAMA, saya dapat menambah wawasan dalam berbagai disiplin ilmu
dan pengetahuan melalui rubrik-rubrik yang ada di Kompasiana. “Kompasiana menampung beragam konten yang
menarik, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan dari semua lapisan
masyarakat dengan beragam latar belakang budaya, hobi, profesi dan kompetensi.
Keterlibatan warga secara masif ini diharapkan dapat mempercepat arus informasi
dan memperkuat pondasi demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.”
(Tentang Kompasina)
KEDUA, saya dapat menyalurkan ide dan kreatifitas saya sebebas-bebasnya
melalui tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video sepanjang tidak
melanggar aturan-aturan yang ditetapkan oleh Kompasiana dan tidak melanggar
hukum positif (perundang-undangan) yang berlaku di Indonesia. “Kompasiana adalah sebuah Media Warga (Citizen Media). Di sini, setiap orang dapat mewartakan
peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam
bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video.” (Tentang
Kompasiana)
KETIGA, saya dapat terus berlatih dan mengasah ketrampilan
menulis sekaligus secara perlahan-lahan melatih alur dan pola pikir yang
teratur, kreatif, kritis dan sistematis dalam mewartakan peristiwa,
menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi. Kompasiana bagi
saya adalah sebuah media sosial yang sangat berbeda dengan media-media sosial
lainnya yang sedang booming.
Kompasiana mensyaratkan setiap tulisan yang ditayang tidak boleh kurang dari 70
kata/karakter. Dengan demikian Kompasiana memang diperuntukkan khusus kepada
mereka yang memiliki hobi minat dan bakat dalam hal membaca dan menulis, jika
tidak, maka sebaiknya memilih media sosial lain yang membatasi jumlah
kata/karakter dalam setiap posting-an,
dan/atau memilih media sosial lain yang bahkan tidak mensyaratkan jumlah
kata/karakter pada setiap postingan-nya.
KEEMPAT, sebagai media warga (citizen media) yang
interaktif, saya dapat melakukan pertemanan dan bertukar pikiran dengan sesama kompasianer (baik senior maupun junior) yang
ada di Indonesia yang notabene adalah
penulis-penulis kreatif dan andal. Kompasiana boleh dikatakan sebagai sebuah
media yang dapat dipercaya, karena tulisan yang ditayang oleh setiap kompasianer harus bisa dipertanggungjawabkan
isinya, sumber, fakta maupun
kebenarannya. Gossip dan fitnah tidak mendapat tempat di Kompasiana yang
didiami oleh kompasianer-kompasianer
cerdas dan kritis.
Dan KELIMA, sebagai media warga (citizen media), saya
sangat berbangga jika hasil karya saya (tulisan-tulisan, gambar ataupun rekaman
audio dan video yang ditayangkan) dapat dibaca, dilihat dan diapresiasi oleh
sesama kompasianer yang ada di seluruh Indonesia. Kritik, saran dan tanggapan
dari sesama kompasianer akan membuka
wawasan berpikir yang lebih luas dan matang.
Kembali ke: Wajar
atau tidak Kompasiana menayangkan iklan-iklan yang berbau pornography.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Kompasiana adalah sebuah media
warga (citizen media). Sebagai media warga, seluruh warga bisa dan bebas
mengakses Kompasiana. Tapi perlu dicatat disini bahwa Kompasiana adalah citizen media yang berada di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sudah tentu memiliki tatanan
etika, norma dan nilai-nilai khususnya kesusilaan.
Penayangan gambar-gambar, animasi dan cuplikan video yang berbau pornography tentu saja melanggar kesusilaan. Belum lagi, hukum dan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia pun telah secara jelas mengatur
tentang pelanggaran kesusilaan tersebut
(akan dibahas kemudian).
Melihat tayangan iklan dewasa (iklan seks) yang ditayangkan
di Kompasiana sebenarnya sangat mengganggu. Mengapa?
Kompasiana sebagai sebuah media warga
yang adalah anak kandung dari KOMPAS, sebuah media yang diakui kredibilitasnya
di dunia pers nasional, tidak patut memuat iklan-iklan pornography. Kompasiana bukanlah sebuah situs khusus yang memuat
konten-konten dewasa/18+. Terus terang, sebagaimana yang telah saya sebutkan
tentang alasan-alasan saya bergabung di Kompasiana di atas, saya sama sekali tidak
mengharapkan adanya tayangan-tayangan iklan berbau pornography di Kompasiana, karena memang Kompasiana bukan untuk pornography.
Katakanlah, semua kompasianer
adalah orang dewasa yang boleh dan/atau layak melihat dan mungkin tidak lagi “terpengaruh”
dengan tayangan-tayangan iklan tersebut, tapi bagaimana dengan anak-anak dan
remaja kita yang masih di bawah umur yang kebetulan mengakses Kompasiana dan
melihat tayangan-tayangan tersebut? Sebenarnya ada begitu banyak tulisan dari
para kompasianer yang sangat aktual, inspiratif, bermanfaat, dan menarik yang layak direkomendasikan
kepada banyak orang, tetapi lagi-lagi terkendala dengan tayangan-tayangan yang
mengganggu tersebut.
Mungkin saja ada alasan-alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan oleh Administrator (admin) Kompasiana dalam hal
penayangan iklan-iklan dewasa tersebut. Walaupun demikian, Admin Kompasiana perlu
mempertimbangkannya kembali dari aspek/sudut pandang pornography atau muatan yang melanggar kesusilan. Menurut analisis
saya (pinjam Sentilun),
Kompasiana tidak perlu menayangkan iklan yang dilengkapi dengan gambar-gambar,
animasi, video yang berbau pornography, mengingat Kompasiana adalah media warga
yang bisa dan bebas diakses oleh seluruh rakyat Indonesia di semua lapisan,
oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, baik tua maupun muda, dan baik
dewasa maupun anak-anak. Ada hal-hal besar yang berhubungan dengan karakter dan
kepribadian bangsa yang patut kita jaga dan pelihara bersama. Salam!
(http://media.kompasiana.com/new-media/2014/11/18/wajarkah-iklan-dewasa-ditayang-di-kompasiana--687265.html)
0 comments:
Posting Komentar