Rabu, 19 November 2014

Wajarkah Iklan Dewasa Ditayang Di Kompasiana?

Gambar: Gamexeon

Oleh: Pietro T. M. Netti

Semula saya sangat kaget alias terganggu dengan beberapa gambar iklan dewasa yang muncul di halaman Kompasiana. Saya menahan diri untuk tidak menulis (memberikan opini/komentar) tentang gambar-gambar dewasa tersebut, sambil menunggu mungkin saja ada komentar-komentar dari sesama kompasianer lainnya yang mau menyoroti tayangan iklan dewasa tersebut.

Saya baru bergabung di Kompasiana pada 14 September 2014 lalu, tapi saya telah menjadi pembaca kompasiana (tidak rutin) jauh hari sebelum memutuskan bergabung menjadi kompasianer. Pada saat “singgah” di www.kompasiana.com saya tidak pernah mendapati iklan-iklan tersebut. Di awal saya bergabung pun hingga beberapa saat setelahnya, saya belum melihat tayangan-tayangan tersebut.

Pada suatu ketika masih di bulan September, saat saya log in (masuk) dan ingin mem-posting tulisan (lupa posting-an ke berapa, mungkin posting-an ke-2 atau ke-3) di Kompasiana, saya kaget bukan kepalang melihat tayangan iklan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya dan sama sekali tidak saya harapkan muncul di halaman Kompasiana. Ada tayangan iklan dengan tema “mempenjang alat vital pria” lengkap dengan tampilan gambar alat vitalnya yang berukuran XL (extra long). Di bagian lain terdapat pula tayangan iklan dengan gambar, animasi dan bahkan cuplikan video porno yang lagi-lagi di luar dugaan saya.

Saya bertanya-tanya, mungkinkah benar tayangan-tayangan iklan tersebut dilakukan sendiri oleh Administrator Kompasiana? Atau mungkin saja gambar-gambar tersebut dimunculkan oleh pihak lain yang sengaja “mengganggu” Kompasiana? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sampai sekarang masih terus ada dalam pikiran saya. Namun hingga saat ini saya pun belum menjumpai satu pun tulisan dari kompasianer yang mengomentari tentang tayangan iklan dimaksud. Atau mungkin saja sudah ada yang pernah menulis tapi tidak sempat saya baca (?).

Sebenarnya tayangan-tayangan iklan yang seperti saya sebutkan di atas banyak dijumpai di media-media online lain yang bertebaran di dunia maya. Ada website/situs dan blog-blog tertentu (khusus dewasa/18+) yang berisi konten-konten pornography marak menayangkan iklan-iklan seperti itu, dan itu menurut hemat saya wajar dan biasa saja. Karena memang iklan-iklan tersebut sesuai dengan konten yang terdapat di dalam situs-situs  khusus tersebut. Yang menjadi aneh jika situs-situs tersebut juga menayangkan iklan-iklan yang bersifat agamis dan religius.

Berhadapan dengan dunia online saat ini, kita sebagai pengguna internet (netizen) diberi kebebasan sebesar-besarnya untuk memilih konten-konten apa saja yang diinginkan dan/atau yang dibutuhkan. Semua hal di dunia ini dapat diakses dengan mudah oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja sepanjang didukung dengan/oleh peralatan media/gadget dan jaringan internet yang memadai. Sebagai netizen kita juga bebas menentukan kemana arah langkah kita berselancar di dunia maya; menuju ke konten-konten positif atau ke konten-konten negatif. Semua pilihan terserah pada kita sendiri yang memutuskan. Dan hal lain yang sangat penting adalah kita juga diberi kebebasan seluas-luasnya untuk mau atau tidak mau membentengi diri sendiri dengan nilai-nilai (moral, etika, dan agama) agar bisa terhindar dan tidak terjerumus pada pilihan-pilihan yang menyesatkan. Sekali lagi, semua terserah kita!

“Lantas bagaimana dengan tayangan iklan-iklan dewasa (baca: iklan pornography) di Kompasiana? Wajarkah Kompasiana menayangkan iklan-iklan tersebut?”

Terus terang, saya bergabung di Kompasiana, karena saya merasa mendapatkan media yang cocok dan sesuai dengan keinginan saya. Berikut ini adalah alasan-alasan mengapa saya ingin bergabung di Kompasiana sebagai kompasianer, adalah:

PERTAMA, saya dapat menambah wawasan dalam berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan melalui rubrik-rubrik yang ada di Kompasiana. “Kompasiana menampung beragam konten yang menarik, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan dari semua lapisan masyarakat dengan beragam latar belakang budaya, hobi, profesi dan kompetensi. Keterlibatan warga secara masif ini diharapkan dapat mempercepat arus informasi dan memperkuat pondasi demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.” (Tentang Kompasina)

KEDUA, saya dapat menyalurkan ide dan kreatifitas saya sebebas-bebasnya melalui tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video sepanjang tidak melanggar aturan-aturan yang ditetapkan oleh Kompasiana dan tidak melanggar hukum positif (perundang-undangan) yang berlaku di Indonesia. “Kompasiana adalah sebuah Media Warga (Citizen Media). Di sini, setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video.” (Tentang Kompasiana)

KETIGA, saya dapat terus berlatih dan mengasah ketrampilan menulis sekaligus secara perlahan-lahan melatih alur dan pola pikir yang teratur, kreatif, kritis dan sistematis dalam mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi. Kompasiana bagi saya adalah sebuah media sosial yang sangat berbeda dengan media-media sosial lainnya yang sedang booming. Kompasiana mensyaratkan setiap tulisan yang ditayang tidak boleh kurang dari 70 kata/karakter. Dengan demikian Kompasiana memang diperuntukkan khusus kepada mereka yang memiliki hobi minat dan bakat dalam hal membaca dan menulis, jika tidak, maka sebaiknya memilih media sosial lain yang membatasi jumlah kata/karakter dalam setiap posting-an, dan/atau memilih media sosial lain yang bahkan tidak mensyaratkan jumlah kata/karakter pada setiap postingan-nya.

KEEMPAT, sebagai media warga (citizen media) yang interaktif, saya dapat melakukan pertemanan dan bertukar pikiran dengan sesama kompasianer (baik senior maupun junior) yang ada di Indonesia yang notabene adalah penulis-penulis kreatif dan andal. Kompasiana boleh dikatakan sebagai sebuah media yang dapat dipercaya, karena tulisan yang ditayang oleh setiap kompasianer harus bisa dipertanggungjawabkan isinya, sumber,  fakta maupun kebenarannya. Gossip dan fitnah tidak mendapat tempat di Kompasiana yang didiami oleh kompasianer-kompasianer cerdas dan kritis.

Dan KELIMA, sebagai media warga (citizen media), saya sangat berbangga jika hasil karya saya (tulisan-tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video yang ditayangkan) dapat dibaca, dilihat dan diapresiasi oleh sesama kompasianer yang ada di seluruh Indonesia. Kritik, saran dan tanggapan dari sesama kompasianer akan membuka wawasan berpikir yang lebih luas dan matang.     

Kembali ke: Wajar atau tidak Kompasiana menayangkan iklan-iklan yang berbau pornography.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Kompasiana adalah sebuah media warga (citizen media). Sebagai media warga, seluruh warga bisa dan bebas mengakses Kompasiana. Tapi perlu dicatat disini bahwa Kompasiana adalah citizen media yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sudah tentu memiliki tatanan etika, norma dan nilai-nilai khususnya kesusilaan. Penayangan gambar-gambar, animasi dan cuplikan video yang berbau pornography tentu saja melanggar kesusilaan. Belum lagi, hukum dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia pun telah secara jelas mengatur tentang pelanggaran kesusilaan tersebut (akan dibahas kemudian).

Melihat tayangan iklan dewasa (iklan seks) yang ditayangkan di Kompasiana sebenarnya sangat mengganggu. Mengapa? Kompasiana sebagai sebuah media warga yang adalah anak kandung dari KOMPAS, sebuah media yang diakui kredibilitasnya di dunia pers nasional, tidak patut memuat iklan-iklan pornography. Kompasiana bukanlah sebuah situs khusus yang memuat konten-konten dewasa/18+. Terus terang, sebagaimana yang telah saya sebutkan tentang alasan-alasan saya bergabung di Kompasiana di atas, saya sama sekali tidak mengharapkan adanya tayangan-tayangan iklan berbau pornography di Kompasiana, karena memang Kompasiana bukan untuk pornography.

Katakanlah, semua kompasianer adalah orang dewasa yang boleh dan/atau layak melihat dan mungkin tidak lagi “terpengaruh” dengan tayangan-tayangan iklan tersebut, tapi bagaimana dengan anak-anak dan remaja kita yang masih di bawah umur yang kebetulan mengakses Kompasiana dan melihat tayangan-tayangan tersebut? Sebenarnya ada begitu banyak tulisan dari para kompasianer yang sangat aktual, inspiratif, bermanfaat, dan menarik yang layak direkomendasikan kepada banyak orang, tetapi lagi-lagi terkendala dengan tayangan-tayangan yang mengganggu tersebut.

Mungkin saja ada alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan oleh Administrator (admin) Kompasiana dalam hal penayangan iklan-iklan dewasa tersebut. Walaupun demikian, Admin Kompasiana perlu mempertimbangkannya kembali dari aspek/sudut pandang pornography atau muatan yang melanggar kesusilan. Menurut analisis saya (pinjam Sentilun), Kompasiana tidak perlu menayangkan iklan yang dilengkapi dengan gambar-gambar, animasi, video yang berbau pornography, mengingat Kompasiana adalah media warga yang bisa dan bebas diakses oleh seluruh rakyat Indonesia di semua lapisan, oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, baik tua maupun muda, dan baik dewasa maupun anak-anak. Ada hal-hal besar yang berhubungan dengan karakter dan kepribadian bangsa yang patut kita jaga dan pelihara bersama. Salam!

(http://media.kompasiana.com/new-media/2014/11/18/wajarkah-iklan-dewasa-ditayang-di-kompasiana--687265.html)

0 comments:

Posting Komentar