Oleh: Pietro T. M.
Netti
Ternyata apa yang menjadi DAYA TOLAK saya sebelumnya
hanyalah sebuah APRIORI yang cenderung SINIS tanpa pijakan dan bahkan
ikut-ikutan MENJURUS pada melakukan FITNAH yang sangat KEJAM. Saya telah masuk
dalam suatu situasi yang penuh KEMEROSOTAN etika, KEBEJATAN moral, dan KEMUNDURAN
peradaban yang baru pernah terjadi di sepanjang SEJARAH PERJALANAN bangsa
Indonesia.
Sungguh TRAGIS memang!
Berikut ini adalah 4 DAYA TOLAK plus 1 yang telah berubah
menjadi 4 DAYA TARIK plus 1 dari capres Jokowi:
- Apa yang saya yakini sebagai NDESO (tampang desa/kampung) pada Jokowi hanyalah sebuah penilaian subyektif yang sangat PICIK. “Don’t judge the book by its cover!” Rupanya saya terlanjur terpengaruh dengan POSTUR dan TAMPANG pemimpin-pemimpin kita sebelumnya yang GAGAH menurut STANDAR SINETRON. Ternyata TIDAK semua postur dan tampang pemimpin yang gagah memiliki kepemimpinan yang gagah pula. Sebenarnya TAMPANG NDESO dari seorang Jokowi adalah CERMINAN WAJAH sebagian besar RAKYAT INDONESIA.
- Anggapan yang saya tuduhkan ke Partai Demokrasi Indosnesia Perjuangan (khususnya Megawati Soekarnoputri) yang ber-AMBISI dan HAUS KEKUASAAN ternyata tidak beralasan, karena saya lupa bahwa sebenarnya bukan PDIP/MEGAWATI yang menginginkan Jokowi menjadi CAPRES, melainkan sebagian besar RAKYAT INDONESIA yang menginginkannya.
- Pikiran saya bahwa Jokowi melakukan PENGKHIANATAN terhadap rakyat Jakarta adalah OCEHAN PINGGIR JALAN yang sangat berlebihan. Justru sebagian besar RAKYAT JAKARTA sangat BANGGA dan menginginkan gubernurnya bisa mengemban tugas dengan skala yang lebih luas bagi KESEJAHTERAN dan KEMAJUAN bangsa dan negeri tercinta ini. Apalagi JAKARTA sebagai sebuah IBUKOTA NEGARA juga adalah bagian yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tentu tidak akan LUPUT dari perhatian seorang Jokowi ketika ia terpilih menjadi PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.
- Tentang TEGAS dan TIDAK TEGAS, lagi-lagi saya hanya menilai SOSOK Jokowi dari KULIT LUAR-nya saja. Ternyata penilaian saya ini BERBANDING TERBALIK dari kenyataan yang sebenarnya. Mungkin saya begitu termakan dengan sebutan/julukan SI KEREMPENG oleh Megawati sendiri kepada Jokowi. Dalam pikiran saya, KEREMPENG berarti TIDAK KUAT, tidak kuat sama dengan LEMAH, dan lemah berarti TIDAK TEGAS. Apalagi Jokowi adalah sosok SIPIL MURNI atau non MILITER. Dan memang saya juga terlanjur beranggapan bahwa orang sipil tidak setegas orang militer dan/atau mantan milter. Padahal KETEGASAN samasekali tidak ada sangkut-pautnya dengan KEREMPENG atau KUAT/TIDAK KUAT secara fisik, tidak pula berhubungan dengan SIPIL atau MILITER, melainkan berhubungan dengan KEBERANIAN membuat KEBIJAKAN dan KEPUTUSAN yang PRO RAKYAT, dan siap menghadapi segala RESIKO dari setiap kebijakan dan keputusan yang dibuat. Dan ini telah terbukti saat Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo yang tegas dan berani berseberangan dengan Gubernur Jawa Tengah saat itu (Bibit Waluyo) perihal pembangunan PASAR RAKYAT mennggantikan PASAR ELIT (mall). Begitu pula saat menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi BERANI dan TEGAS dalam membuat kebijakan dan keputusan yang berhubungan dengan KARTU SEHAT, KARTU PINTAR, penataan RUANG TERBUKA HIJAU, pembangunan RUMAH SUSUN untuk RAKYAT MISKIN, penataan PASAR TANAH ABANG, dan masih banyak lagi. Semua yang telah dilakukan di Jakarta adalah BUKTI KETEGASAN Jokowi yang TIDAK DIMILIKI oleh gubernur-gubernur sebelumnya.
- Empat fakta di atas teleah MENGETUK hati nurani saya untuk TIDAK BISA tidak mendukung Jokowi. Atau dengan kata lain, FAKTA pertama hingga ke empat di atas telah MENYITA seluruh PERHATIAN dan KEPEDULIAN saya untuk mengalihkan dukungan dari capres yang lain kepada JOKOWI.
“Aku jatuh Cinta…Cintaku Tulus…Setulus Hatimu…Yang Terpancar
di Wajah Ndeso-mu…!”
Bersambung
ke: SAYA MEMILIH JOKOWI (1)
0 comments:
Posting Komentar